ETIKA DAN BISNIS

Nama : Irma Ranty Shandra
Kelas : 4 EA14
Npm : 10208657
Dosen : Bapak Supriyo Hartadi.w
Tugas Ke : III
Judul :Etika Dan Bisnis


ETIKA DAN BISNIS

• Apa itu “etika bisnis”?
• Apa saja enam tingkatan dalam membangun moral?
• Perlukah standar moral diaplikasikan dalam bisnis?
• Kapan seseorang secara moral bertanggung jawab untuk perbuatan salahnya?Tidak ada cara yang paling baik untuk memulai penelaahan hubungan antara etika danbisnis selain dengan mengamati, bagaimanakah perusahaan riil telah benar-benarberusaha untuk menerapkan etika ke dalam bisnis. Perusahaan Merck and Companydalam menangani masalah “river blindness” sebagai contohnya ;River blindness adalah penyakit sangat tak tertahankan yang menjangkau 18 jutapenduduk miskin di desa-desa terpencil di pinggiran sungai Afrika dan Amerika Latin.Penyakit dengan penyebab cacing parasit ini berpindah dari tubuh melalui gigitan lalathitam. Cacing ini hidup dibawah kulit manusia, dan bereproduksi dengan melepaskanjutaan keturunannya yang disebut microfilaria yang menyebar ke seluruh tubuh denganbergerak-gerak di bawah kulit, meninggalkan bercak-bercak, menyebabkan lepuh-lepuhdan gatal yang amat sangat tak tertahankan, sehingga korban kadang-kadangmemutuskan bunuh diri.Pada tahun 1979, Dr. Wiliam Campbell, ilmuwan peneliti pada Merck and Company,perusahaan obat Amerika, menemukan bukti bahwa salah satu obat-obatan hewan yangterjual laris dari perusahaan itu, Invernectin, dapat menyembuhkan parasit penyebab riverblindness. Campbell dan tim risetnya mengajukan permohonan kepada Direktur Merck,Dr. P. Roy Vagelos, agar mengijinkan mereka mengembangkan obat tersebut untukmanusia.Para manajer Merck sadar bahwa kalau sukses mengembangkan obat tersebut, penderitariver blindness terlalu miskin untuk membelinya. Padahal biaya riset medis dan tes klinisberskala besar untuk obat-obatan manusia dapat menghabiskan lebih dari 100 juta dollar.Bahkan, kalau obat tersebut terdanai, tidak mungkin dapat mendistribusikannya, karenapenderita tinggal di daerah terpencil. Kalau obat itu mengakibatkan efek samping,publisitas buruk akan berdampak pada penjualan obat Merck. Kalau obat murah tersedia,obat dapat diselundupkan ke pasar gelap dan dijual untuk hewan,sehinggamenghancurkan penjualan Invernectin ke dokter hewan yang selama ini menguntungkan.Meskipun Merck penjualannya mencapai $2 milyar per tahun, namun pendapatanbersihnya menurun akibat kenaikan biaya produksi, dan masalah lainnya, termasukkongres USA yang siap mengesahkan Undang-Undang Regulasi Obat yang akhirnyaakan berdampak pada pendapatan perusahaan. Karena itu, para manajer Merck engganmembiayai proyek mahal yang menjanjikan sedikit keuntungan, seperti untuk riverblindness. Namun tanpa obat, jutaan orang terpenjara dalam penderitaan menyakitkan.Setelah banyak dilakukan diskusi, sampai pada kesimpulan bahwa keuntunganmanusiawi atas obat untuk river blindness terlalu signifikan untuk diabaikan. Keuntunganmanusiawi inilah, secara moral perusahaan wajib mengenyampingkanbiaya dan imbalekonomis yang kecil. Tahun 1980 disetujuilah anggaran besar untuk mengembangkanInvernectin versi manusia.Tujuh tahun riset mahal dilakukan dengan banyak percobaan klinis, Merck berhasilmembuat pil obat baru yang dimakan sekali setahun akan melenyapkan seluruh jejakparasit penyebab river blindness dan mencegah infeksi baru. Sayangnya tidak ada yangmau membeli obat ajaib tersebut, termasuk saran kepada WHO, pemerintah AS danpemerintah negara-negara yang terjangkit penyakit tersebut, mau membeli untukmelindungi 85 juta orang beresiko terkena penyakit ini, tapi tak satupun menanggapipermohonan itu. Akhirnya Merck memutuskan memberikan secara gratis obat tersebut,namun tidak ada saluran distribusi untuk menyalurkan kepada penduduk yangmemerlukan. Bekerjasama dengan WHO, perusahaan membiayai komite untukmendistribusikan obat secara aman kepada negara dunia ketiga, dan memastikan obattidak akan dialihkan ke pasar gelap dan menjualnya untuk hewan. Tahun 1996, komitemendistribusikan obat untuk jutaan orang, yang secara efektif mengubah hidup penderitadari penderitaan yang amat sangat, dan potensi kebutaan akibat penyakit tersebut.Merck menginvestasikan banyak uang untuk riset, membuat dan mendistribusikan obatyang tidak menghasilkan uang, karena menurut Vegalos pilihan etisnya adalahmengembangkannya, dan penduduk dunia ketiga akan mengingat bahwa Merckmembantu mereka dan akan mengingat di masa yang akan dating. Selama bertahun-tahunperusahaan belajar bahwa tindakan semacam itu memiliki keuntungan strategis jangkapanjang yang penting.Para ahli sering berkelakar, bahwa etika bisnis merupakan sebuah kontradiksi istilahkarena ada pertentangan antara etika dan minat pribadi yang berorientasi pada pencariankeuntungan. Ketika ada konflik antara etika dan keuntungan, bisnis lebih memilihkeuntungan daripada etika.Buku Business Ethics mengambil pandangan bahwa tindakan etis merupakan strategibisnis jangka panjang terbaik bagi perusahaan – sebuah pandangan yang semakinditerima dalam beberapa tahun belakangan ini.1.1.ETIKA BISNIS DAN ISU TERKAITMenurut kamus, istilah etika memiliki beragam makna berbeda. Salah satu maknanyaadalah “prinsip tingkah laku yang mengatur individu dan kelompok”. Makna keduamenurut kamus – lebih penting – etika adalah “kajian moralitas”. Tapi meskipun etikaberkaitan dengan moralitas, namun tidak sama persis dengan moralitas. Etika adalahsemacam penelaahan, baik aktivitas penelaahan maupun hasil penelaahan itu sendiri,sedangkan moralitas merupakan subjek.A. MoralitasMoralitas adalah pedoman yang dimiliki individu atau kelompok mengenai apa itu benardan salah, atau baik dan jahat.Pedoman moral mencakup norma-norma yang kita miliki mengenai jenis-jenis tindakanyang kita yakini benar atau salah secara moral, dan nilai-nilai yang kita terapkan padaobjek-objek yang kita yakini secara moral baik atau secara moral buruk. Norma moralseperti “selalu katakan kebenaran”, “membunuh orang tak berdosa itu salah”. Nilai-nilaimoral biasanya diekspresikan sebagai pernyataan yang mendeskripsikan objek-objek atauciri-ciri objek yang bernilai, semacam “kejujuran itu baik” dan “ketidakadilan itu buruk”.Standar moral pertama kali terserap ketika masa kanak-kanak dari keluarga, teman,pengaruh kemasyarakatan seperti gereja, sekolah, televisi, majalah, music danperkumpulan.Hakekat standar moral :1. Standar moral berkaitan dengan persoalan yang kita anggap akan merugikansecara serius atau benar-benar akan menguntungkan manusia.2. Standar moral tidak dapat ditetapkan atau diubah oleh keputusan dewan otoritatiftertentu.3. Standar moral harus lebih diutamakan daripada nilai lain termasuk (khususnya)kepentingan diri.4. Standar moral berdasarkan pada pertimbangan yang tidak memihak.5. Standar moral diasosiasikan dengan emosi tertentu dan kosa kata tertentu.Standar moral, dengan demikian, merupakan standar yang berkaitan dengan persoalanyang kita anggap mempunyai konsekuensi serius, didasarkan pada penalaran yang baikbukan otoritas, melampaui kepentingan diri, didasarkan pada pertimbangan yang tidakmemihak, dan yang pelanggarannya diasosiasikan dengan perasaan bersalah dan maludan dengan emosi dan kosa kata tertentu.B. EtikaEtika merupakan ilmu yang mendalami standar moral perorangan dan standar moralmasyarakat. Ia mempertanyakan bagaimana standar-standar diaplikasikan dalamkehidupan kita dan apakah standar itu masuk akal atau tidak masuk akal – standar, yaituapakah didukung dengan penalaran yang bagus atau jelek.Etika merupakan penelaahan standar moral, proses pemeriksaan standar moral orang ataumasyarakat untuk menentukan apakah standar tersebut masuk akal atau tidak untukditerapkan dalam situasi dan permasalahan konkrit. Tujuan akhir standar moral adalahmengembangkan bangunan standar moral yang kita rasa masuk akal untuk dianut.Etika merupakan studi standar moral yang tujuan eksplisitnya adalah menentukan standaryang benar atau yang didukung oleh penalaran yang baik, dan dengan demikian etikamencoba mencapai kesimpulan tentang moral yang benar benar dan salah, dan moralyang baik dan jahat.C. Etika BisnisEtika bisnis merupakan studi yang dikhususkan mengenai moral yang benar dan salah.Studi ini berkonsentrasi pada standar moral sebagaimana diterapkan dalam kebijakan,institusi, dan perilaku bisnis.Etika bisnis merupakan studi standar formal dan bagaimana standar itu diterapkan kedalam system dan organisasi yang digunakan masyarakat modern untuk memproduksidan mendistribusikan barang dan jasa dan diterapkan kepada orang-orang yang ada didalam organisasi.D. Penerapan Etika pada Organisasi PerusahaanDapatkan pengertian moral seperti tanggung jawab, perbuatan yang salah dan kewajibanditerapkan terhadap kelompok seperti perusahaan, ataukah pada orang (individu) sebagaiperilaku moral yang nyata?Ada dua pandangan yang muncul atas masalah ini :Ekstrem pertama, adalah pandangan yang berpendapat bahwa, karena aturan yangmengikat, organisasi memperbolehkan kita untuk mengatakan bahwa perusahaanbertindak seperti individu dan memiliki tujuan yang disengaja atas apa yang merekalakukan, kita dapat mengatakan mereka bertanggung jawab secara moral untuk tindakanmereka dan bahwa tindakan mereka adalah bermoral atau tidak bermoral dalampengertian yang sama yang dilakukan manusia.Ekstrem kedua, adalah pandangan filsuf yang berpendirian bahwa tidak masuk akalberpikir bahwa organisasi bisnis secara moral bertanggung jawab karena ia gagalmengikuti standar moral atau mengatakan bahwa organisasi memiliki kewajiban moral.Organisasi bisnis sama seperti mesin yang anggotanya harus secara membabi butamentaati peraturan formal yang tidak ada kaitannya dengan moralitas. Akibatnya, lebihtidak masuk akal untuk menganggap organisasi bertanggung jawab secara moral karenaia gagal mengikuti standar moral daripada mengkritik organisasi seperti mesin yang gagalbertindak secara moral.Karena itu, tindakan perusahaan berasal dari pilihan dan tindakan individu manusia,indivdu-individulah yang harus dipandang sebagai penjaga utama kewajiban moral dantanggung jawab moral : individu manusia bertanggung jawab atas apa yang dilakukanperusahaan karena tindakan perusahaan secara keseluruhan mengalir dari pilihan danperilaku mereka. Jika perusahaan bertindak keliru, kekeliruan itu disebabkan oleh pilihantindakan yang dilakukan oleh individu dalam perusahaan itu, jika perusahaan bertindaksecara moral, hal itu disebabkan oleh pilihan individu dalam perusahaan bertindak secarabermoral.E. Globalisasi, Perusahaan Multinasional dan Etika BisnisGlobalisasi adalah proses yang meliputi seluruh dunia dan menyebabkan system ekonomiserta sosial negara-negara menjadi terhubung bersama, termasuk didalamnya barangbarang,jasa, modal, pengetahuan, dan peninggalan budaya yang diperdagangkan dansaling berpindah dari satu negara ke negara lain. Proses ini mempunyai beberapakomponen, termasuk didalamnya penurunan rintangan perdagangan dan munculnya pasarterbuka dunia, kreasi komunikasi global dan system transportasi seperti internet danpelayaran global, perkembangan organisasi perdagangan dunia (WTO), bank dunia, IMF,dan lain sebagainya.Perusahaan multinasional adalah inti dari proses globalisasi dan bertanggung jawabdalam transaksi internasional yang terjadi dewasa ini. Perusahaan multinasional adalahperusahaan yang bergerak di bidang yang menghasilkan pemasaran, jasa atau operasiadministrasi di beberapa negara. Perusahaan multinasional adalah perusahaan yangmelakukan kegiatan produksi, pemasaran, jasa dan beroperasi di banyak negara yangberbeda.Karena perusahaan multinasional ini beroperasi di banyak negara dengan ragam budayadan standar yang berbeda, banyak klaim yang menyatakan bahwa beberapa perusahaanmelanggar norma dan standar yang seharusnya tidak mereka lakukan.F. Etika Bisnis dan Perbedaan BudayaRelativisme etis adalah teori bahwa, karena masyarakat yang berbeda memilikikeyakinan etis yang berbeda. Apakah tindakan secara moral benar atau salah, tergantungkepada pandangan masyarakat itu. Dengan kata lain, relativisme moral adalah pandanganbahwa tidak ada standar etis yang secara absolute benar dan yang diterapkan atau harusditerapkan terhadap perusahaan atau orang dari semua masyarakat. Dalam penalaranmoral seseorang, dia harus selalu mengikuti standar moral yang berlaku dalammasyarakat manapun dimana dia berada.Pandangan lain dari kritikus relativisme etis yang berpendapat, bahwa ada standar moraltertentu yang harus diterima oleh anggota masyarakat manapun jika masyarakat itu akanterus berlangsung dan jika anggotanya ingin berinteraksi secara efektif.Relativisme etis mengingatkan kita bahwa masyarakat yang berbeda memiliki keyakinanmoral yang berbeda, dan kita hendaknya tidak secara sederhana mengabaikan keyakinanmoral kebudayaan lain ketika mereka tidak sesuai dengan standar moral kita.G. Teknologi dan Etika BisnisTeknologi yang berkembang di akhir dekade abad ke-20 mentransformasi masyarakatdan bisnis, dan menciptakan potensi problem etis baru. Yang paling mencolok adalahrevolusi dalam bioteknologi dan teknologi informasi. Teknologi menyebabkan beberapaperubahan radikal, seperti globalisasi yang berkembang pesat dan hilangnya jarak,kemampuan menemukan bentuk-bentuk kehidupan baru yang keuntungan dan resikonyatidak terprediksi. Dengan perubahan cepat ini, organisasi bisnis berhadapan dengansetumpuk persoalan etis baru yang menarik.1.2 PERKEMBANGAN MORAL DAN PENALARAN MORALA. Perkembangan MoralRiset psikologi menunjukkan bahwa, perkembangan moral seseorang dapat berubahketika dewasa. Saat anak-anak, kita secara jujur mengatakan apa yang benar dan apayang salah, dan patuh untuk menghindari hukuman. Ketika tumbuh menjadi remaja,standar moral konvensional secara bertahap diinternalisasikan. Standar moral pada tahapini didasarkan pada pemenuhan harapan keluarga, teman dan masyarakat sekitar. Hanyasebagian manusia dewasa yang rasional dan berpengalaman memiliki kemampuanmerefleksikan secara kritis standar moral konvensional yang diwariskan keluarga, teman,budaya atau agama kita. Yaitu standar moral yang tidak memihak dan yang lebihmemperhatikan kepentingan orang lain, dan secara memadai menyeimbangkan perhatianterhadap orang lain dengan perhatian terhadap diri sendiri.Menurut ahli psikologi, Lawrence Kohlberg, dengan risetnya selama 20 tahun,menyimpulkan, bahwa ada 6 tingkatan (terdiri dari 3 level, masing-masing 2 tahap) yangteridentifikasi dalam perkembangan moral seseorang untuk berhadapan dengan isu-isumoral. Tahapannya adalah sebagai berikut :1) Level satu : Tahap PrakonvensionalPada tahap pertama, seorang anak dapat merespon peraturan dan ekspektasi sosial dandapat menerapkan label-label baik, buruk, benar dan salah.Tahap satu : Orientasi Hukuman dan KetaatanPada tahap ini, konsekuensi fisik sebuah tindakan sepenuhnya ditentukan oleh kebaikanatau keburukan tindakan itu. Alasan anak untuk melakukan yang baik adalah untukmenghindari hukuman atau menghormati kekuatan otoritas fisik yang lebih besar.Tahap dua : Orientasi Instrumen dan RelativitasPada tahap ini, tindakan yang benar adalah yang dapat berfungsi sebagai instrumentuntuk memuaskan kebutuhan anak itu sendiri atau kebutuhan mereka yang dipedulikananak itu.2) Level dua : Tahap KonvensionalPada level ini, orang tidak hanya berdamai dengan harapan, tetapi menunjukkan loyalitasterhadap kelompok beserta norma-normanya. Remaja pada masa ini, dapat melihat situasidari sudut pandang orang lain, dari perspektif kelompok sosialnya.Tahap Tiga : Orientasi pada Kesesuaian InterpersonalPada tahap ini, melakukan apa yang baik dimotivasi oleh kebutuhan untuk dilihat sebagaipelaku yang baik dalam pandangannya sendiri dan pandangan orang lain.Tahap Empat : Orientasi pada Hukum dan KeteraturanBenar dan salah pada tahap konvensional yang lebih dewasa, kini ditentukan olehloyalitas terhadap negara atau masyarakat sekitarnya yang lebih besar. Hukum dipatuhikecuali tidak sesuai dengan kewajiban sosial lain yang sudah jelas.3) Level tiga : Tahap Postkonvensional, Otonom, atau BerprinsipPada tahap ini, seseorang tidak lagi secara sederhana menerima nilai dan normakelompoknya. Dia justru berusaha melihat situasi dari sudut pandang yang secara adilmempertimbangkan kepentingan orang lain. Dia mempertanyakan hukum dan nilai yangdiadopsi oleh masyarakat dan mendefinisikan kembali dalam pengertian prinsip moralyang dipilih sendiri yang dapat dijustifikasi secara rasional. Hukum dan nilai yang pantasadalah yang sesuai dengan prinsip-prinsip yang memotivasi orang yang rasional untukmenjalankannya.Tahap Lima : Orientasi pada Kontrak SosialTahap ini, seseorang menjadi sadar bahwa mempunyai beragam pandangan dan pendapatpersonal yang bertentangan dan menekankan cara yang adil untuk mencapai consensusdengan kesepahaman, kontrak, dan proses yang matang. Dia percaya bahwa nilai dannorma bersifat relative, dan terlepas dari consensus demokratis semuanya diberi toleransi.Tahap Enam : Orientasi pada Prinsip Etika yang UniversalTahap akhir ini, tindakan yang benar didefinisikan dalam pengertian prinsip moral yangdipilih karena komprehensivitas, universalitas, dan konsistensi. Alasan seseorang untukmelakukan apa yang benar berdasarkan pada komitmen terhadap prinsip-prinsip moraltersebut dan dia melihatnya sebagai criteria untuk mengevaluasi semua aturan dantatanan moral yang lain.Teori Kohlberg membantu kita memahami bagaimana kapasitas moral kita berkembangdan memperlihatkan bagaimana kita menjadi lebih berpengalaman dan kritis dalammenggunakan dan memahami standar moral yang kita punyai. Namun tidak semua orangmengalami perkembangan, dan banyak yang berhenti pada tahap awal sepanjanghidupnya. Bagi mereka yang tetap tinggal pada tahap prakonvensional, benar atau salahterus menerus didefinisikan dalam pengertian egosentris untuk menghindari hukumandan melakukan apa yang dikatakan oleh figur otoritas yang berkuasa. Bagi mereka yangmencapai tahap konvensional, tetapi tidak pernah maju lagi, benar atau salah selaludidefinisikan dalam pengertian norma-norma kelompok sosial mereka atau hukum negaraatau masyarakat mereka. Namun demikian, bagi yang mencapai level postkonvensionaldan mengambil pandangan yang reflektif dan kritis terhadap standar moral yang merekayakini, benar dan salah secara moral didefinisikan dalam pengertian prinsip-prinsip moralyang mereka pilih bagi mereka sendiri sebagai yang lebih rasional dan memadai.B. Penalaran MoralPenalaran moral mengacu pada proses penalaran dimana prilaku, institusi, atau kebijakandinilai sesuai atau melanggar standar moral. Penalaran moral selalu melibatkan duakomponen mendasar :1. Pemahaman tentang yang dituntut, dilarang, dinilai atau disalahkan oleh standarmoral yang masuk akal.2. Bukti atau informasi yang menunjukkan bahwa orang, kebijakan, institusi, atauprilaku tertentu mempunyai ciri-ciri standar moral yang menuntut, melarang,menilai, atau menyalahkan.3. Menganalisis Penalaran MoralAda beberapa criteria yang digunakan para ahli etika untuk mengevaluasi kelayakanpenalaran moral, yaitu :• Penalaran moral harus logis.• Bukti factual yang dikutip untuk mendukung penilaian harus akurat, relevan danlengkap.• Standar moral yang melibatkan penalaran moral seseorang harus konsisten.1.3 ARGUMEN YANG MENDUKUNG DAN YANG MENETANG ETIKA BISNISBanyak yang keberatan dengan penerapan standar moral dalam aktivitas bisnis. Bagianini membahas keberatan-keberatan tersebut dan melihat apa yang dapat dikatakanberkenaan dengan kesetujuan untuk menerapkan etika ke dalam bisnis.Tiga keberatan atas penerapan etika ke dalam bisnis :Orang yang terlibat dalam bisnis, kata mereka hendaknya berfokus pada pencariankeuntungan finansial bisnis mereka dan tidak membuang-buang energi mereka atausumber daya perusahaan untuk melakukan ”pekerjaan baik”. Tiga argumen diajukanuntuk mendukung perusahaan ini :Pertama, beberapa berpendapat bahwa di pasar bebas kompetitif sempurna, pencariankeuntungan dengan sendirinya menekankan bahwa anggota masyarakat berfungsi dengancara-cara yang paling menguntungkan secara sosial. Agar beruntung, masing-masingperusahaan harus memproduksi hanya apa yang diinginkan oleh anggota masyarakat danharus melakukannya dengan cara yang paling efisien yang tersedia. Anggota masyarakatakan sangat beruntung jika manajer tidak memaksakan nilai-nilai pada bisnis, namunmengabdikan dirinya pada pencarian keuntungan yang berfokus.Argumen tersebut menyembunyikan sejumlah asumsi yaitu : Pertama, sebagian besarindustri tidak ”kompetitif secara sempurna”, dan sejauh sejauh perusahaan tidak harusberkompetisi, mereka dapat memaksimumkan keuntungan sekalipun produksi tidakefisien. Kedua, argumen itu mengasumsikan bahwa langkah manapun yang diambil untukmeningkatkan keuntungan, perlu menguntungkan secara sosial, sekalipun dalamkenyataannya ada beberapa cara untuk meningkatkan keuntungan yang sebenarnyamerugikan perusahaan : membiarkan polusi, iklan meniru, menyembunyikan cacatproduksi, penyuapan. Menghindari pajak, dsb. Ketiga, argumen itu mengasumsikanbahwa dengan memproduksi apapun yang diinginkan publik pembeli, perusahaanmemproduksi apa yang diinginkan oleh seluruh anggota masyarakat, ketika kenyataankeinginan sebagian besar anggota masyarakat (yang miskin dan dan tidak diuntungkan)tidak perlu dipenuhi karena mereka tidak dapat berpartisipasi dalam pasar. Keempat,argumen itu secara esensial membuat penilaian normatif.Kedua, Kadang diajukan untuk menunjukan bahwa manajer bisnis hendaknya berfokusmengejar keuntungan perusahaan mereka dan mengabaikan pertimbangan etis, yang olehAle C. Michales disebut ”argumen dari agen yang loyal”. Argumen tersebut secarasederhana adalah sbb :Sebagai agen yang loyal dari majikannya manajer mempunyai kewajiban untuk melayanimajikannya ketika majikan ingin dilayani (jika majikan memiliki keakhlian agen).Majikan ingin dilayani dengan cara apapun yang akan memajukan kepentingannyasendiri. Dengan demikian sebagai agen yang loyal dari majikannya, manajer mempunyaikewajiban untuk melayani majikannya dengan cara apapun yang akan memajukankepentingannya.Argumen agen yang loyal adalah keliru, karena ”dalam menentukan apakah perintahklien kepada agen masuk akal atau tidak... etika bisnis atau profesional harusmempertimbangkan” dan ”dalam peristiwa apapun dinyatakan bahwa agen mempunyaikewajiban untuk tidak melaksanakan tindakan yang ilegal atau tidak etis”. Dengandemikian, kewajiban manajer untuk mengabdi kepada majikannya, dibatasi oleh batasanbatasanmoralitas.Ketiga, untuk menjadi etis cukuplah bagi orang-orang bisnis sekedar mentaati hukum :Etika bisnis pada dasarnya adalah mentaati hukum.Terkadang kita salah memandang hukum dan etika terlihat identik. Benar bahwa hukumtertentu menuntut perilaku yang sama yang juga dituntut standar moral kita. Namundemikian, hukum dan moral tidak selalu serupa. Beberapa hukum tidak punya kaitandengan moralitas, bahkan hukum melanggar standar moral sehingga bertentangan denganmoralitas, seperti hukum perbudakan yang memperbolehkan kita memperlakukan budaksebagai properti. Jelas bahwa etika tidak begitu saja mengikuti hukum.Namun tidak berarti etika tidak mempunyai kaitan dengan hukum. Standar Moral kitakadang dimasukan ke dalam hukum ketika kebanyakan dari kita merasa bahwa standarmoral harus ditegakkan dengan kekuatan sistem hukum sebaliknya, hukum dikritik dandihapuskan ketika jelas-jelas melanggar standar moral.Kasus etika dalam bisnisEtika seharusnya diterapkan dalam bisnis dengan menunjukan bahwa etika mengatursemua aktivitas manusia yang disengaja, dan karena bisnis merupakan aktitivitas manusiayang disengaja, etika hendaknya juga berperan dalam bisnis. Argumen lain berpandanganbahwa, aktivitas bisnis, seperti juga aktivitas manusia lainnya, tidak dapat eksis kecualiorang yang terlibat dalam bisnis dan komunitas sekitarnya taat terhadap standar minimaletika. Bisnis merupakan aktivitas kooperatif yang eksistensinya mensyaratkan perilakuetis.Dalam masyarakat tanpa etika, seperti ditulis oleh filsuf Hobbes, ketidakpercayaan dankepentingan diri yang tidak terbatas akan menciptakan ”perang antar manusia terhadapmanusia lain”, dan dalam situasi seperti itu hidup akan menjadi ”kotor, brutal, dandangkal”. Karenanya dalam masyarakat seperti itu, tidak mungkin dapat melakukanaktivitas bisnis, dan bisnis akan hancur. Katena bisnis tidak dapat bertahan hidup tanpaetika, maka kepentingan bisnis yang paling utama adalah mempromosikan perilaku etikakepada anggotanya dan juga masyarakat luas.Etika hendaknya diterapkan dalam bisnis dengan menunjukan bahwa etika konsistendengan tujuan bisnis, khususnya dalam mencari keuntungan. Contoh Merck dikenalkarena budaya etisnya yang sudah lama berlangsung, namun ia tetap merupakanperusahaan yang secara spektakuler mendapatkan paling banyak keuntungan sepanjangmasa.Apakah ada bukti bahwa etika dalam bisnis secara sistematis berkorelasi denganprofitabilitas? Apakah Perusahaan yang etis lebih menguntungkan dapripada perusahaanlainnya ?Beberapa studi menunjukan hubungan yang positif antara perilaku yang bertanggungjawab secara sosial dengan profitabilitas, beberapa tidak menemukan korelasi bahwaetika bisnis merupakan beban terhadap keuntungan. Studi lain melihat, perusahaan yangbertanggung jawab secara sosial bertransaksi di pasar saham, memperoleh pengembalianyang lebih tinggi daripada perusahaan lainnya. Semua studi menunjukan bahwa secarakeseluruhan etika tidak memperkecil keuntungan, dan tampak justru berkontribusi padakeuntungan.Dalam jangka panjang, untuk sebagian besar, lebih baik menjadi etis dalam bisnis daripada tidak etis. Meskipun tidak etis dalam bisnis kadang berhasil, namun perilaku tidaketis ini dalam jangka panjang, cenderung menjadi kekalahan karena meruntuhkanhubungan koperatif yang berjangka lama dengan pelanggan, karyawan dan anggotamasyarakat dimana kesuksesan disnis sangat bergantung.Akhirnya kita harus mengetahui ada banyak bukti bahwa sebagian besar orang akanmenilai perilaku etis dengan menghukum siapa saja yang mereka persepsi berperilakutidak etis, dan menghargai siapa saja yang mereka persepsi berperilaku etis. Pelangganakan melawan perusahaan jika mereka mempersepsi ketidakadilan yang dilakukanperusahaan dalam bisnis lainnya, dan mengurangi minat mereka untuk membeliproduknya. Karyawan yang merasakan ketidakadilan, akan menunjukan absentisme lebihtinggi, produktivitas lebih rendah, dan tuntutan upah lebih tinggi. Sebaliknya, ketikakaryawan percaya bahwa organisasi adil, akan senang mengikuti manajer. Melakukanapapun yang dikatakan manajer, dan memandang keputusan manajer sah. Ringkasnya,etika merupakan komponen kunci manajemen yang efektif.Dengan demikian, ada sejumlah argumen yang kuat, yang mendukung pandangan bahwaetika hendaknya diterapkan dalam bisnis.1.4 TANGGUNG JAWAB DAN KEWAJIBAN MORALKapankah secara moral seseorang bertanggung jawab atau disalahkan, karena melakukankesalahan? Seseorang secara moral bertanggung jawab atas tindakannya dan efek-efekmerugikan yang telah diketahui ;a. Yang dilakukan atau dilaksanakan seseorang dengan sengaja dan secara bebasb. Yang gagal dilakukan atau dicegah dan yang secara moral keliru karena orang itudengan sengaja atau secara bebas gagal melaksanakan atau mencegahnya.Ada kesepakatan umum, bahwa ada dua kondisi yang sepenuhnya menghilangkantanggung jawab moral seseorang karena menyebabkan kerugian ;1. Ketidaktahuan2. KetidakmampuanKeduanya disebut kondisi yang memaafkan karena sepenuhnya memaafkan orang daritanggung jawab terhadap sesuatu. Jika seseorang tidak mengetahui, atau tidak dapatmenghindari apa yang dia lakukan, kemudian orang itu tidak berbuat secara sadar, iabebas dan tidak dapat dipersalahkan atas tindakannya. Namun, ketidaktahuan danketidakmampuan tidak selalu memaafkan seseorang, salah satu pengecualiannya adalahketika seseorang mungkin secara sengaja, membiarkan dirinya tidak mau mengetahuipersoalan tertentu.Ketidakmampuan bisa jadi merupakan akibat lingkungan internal dan eksternal yangmenyebabkan seseorang tidak dapat melakukan sesuatu atau tidak dapat menahanmelakukan sesuatu. Seseorang mungkin kekurangan kekuasaan, keahlian, kesempatanatau sumber daya yang mencukupi untuk bertindak. Seseorang mungkin secara fisikterhalang atau tidak dapat bertindak, atau pikiran orang secara psikologis cacat sehinggamencegahnya mengendalikan tindakannya. Ketidakmampuan mengurangi tanggungjawab karena seseorang tidak mempunyai tanggung jawab untuk melakukan (ataumelarang melakukan) sesuatu yang tidak dapat dia kendalikan. Sejauh lingkunganmenyebabkan seseorang tidak dapat mengendalikan tindakannya atau mencegah kerugiantertentu, adalah keliru menyalahkan orang itu.Sebagai tambahan atas dua kondisi yang memaklumkan itu (ketidaktahuan danketidakmampuan), yang sepenuhnya menghilangkan tanggung jawab moral seseorangkarena kesalahan, ada juga beberapa faktor yang memperingan, yang meringankantanggung jawab moral seseorang yang tergantung pada kejelasan kesalahan. Faktor yangmemperingan mencakup :• Lingkungan yang mengakibatkan orang tidak pasti, namun tidak juga tidak yakintentang apa yang sedang dia lakukan ( hal tersebut mempengaruhi pengetahuanseseorang)• Lingkungan yang menyulitkan, namun bukan tidak mungkin untuk menghindarimelakukannya (hal ini mempengaruhi kebebasan seseorang)• Lingkungan yang mengurangi namun tidak sepenuhnya menghilangkanketerlibatan seseorang dalam sebuah tindakan (ini mempengaruhi tingkatansampai dimana seseorang benar-benar menyebabkan kerugian)Hal tersebut dapat memperingan tanggung jawab seseorang karena kelakuan yang keliruyang tergantung pada faktor keempat, yaitu keseriusan kesalahan.Kesimpulan mendasar tentang tanggung jawab moral atas kesalahan atau kerugian yangmemperingan tanggung jawab moral seseorang yaitu :1. Secara moral individu, bertanggung jawab atas tindakan yang salah yang dialakukan (atau yang secara keliru dia lalaikan) dan atas efek-efek kerugian yangdisebabkan (atau yang gagal dia cegah) ketika itu dilakukan dengan bebas dansadar.2. Tanggung jawab moral sepenuhnya dihilangkan (atau dimaafkan) olehketidaktahuan dan ketidakmampuan3. Tanggung jawab moral atas kesalahan atau kerugian diringankan oleh :• Ketidak pastian• KesulitanBobot keterlibatan yang kecil (meskipun kegagalan tidak memperingan jika seseorangmempunyai tugas khusus untuk mencegah kesalahan), namun cakupan sejauh mana halhaltersebut memperingan tanggung jawab moral seseorang kepada (dengan) keseriusankesalahan atau kerugian. Semakin besar keseriusannya, semakin kecil ketiga faktorpertama tadi dapat meringankan.Para kritikus berdebat, apakah semua faktor yang meringankan itu benar-benarmempengaruhi tanggung jawab seseorang? Beberapa berpendapat bahwa, kejahatan tidakpernah diterima, tidak peduli tekanan apakah yang terjadi pada seseorang. Kritikus lainberpendapat, membiarkan secara pasif suatu kesalahan terjadi, tidak berbeda dengansecara aktif menyebabkan suatu kesalahan terjadi.
A. Tanggung Jawab PerusahaanDalam perusahaan modern, tanggung jawab atas tindakan perusahaan seringdidistribusikan kepada sejumlah pihak yang bekerja sama. Tindakan perusahaan biasanyaterdiri atas tindakan atau kelalaian orang-orang berbeda yang bekerja sama sehinggatindakan atau kelalaian mereka bersama-sama menghasilkan tindakan perusahaan. Jadi,siapakah yang bertanggung jawab atas tindakan yang dihasilkan bersama-sama itu?Pandangan tradisional berpendapat bahwa mereka yang melakukan secara sadar danbebas apa yang diperlukan perusahaan, masing-masing secara moral bertanggung jawab.Lain halnya pendapat para kritikus pandangan tradisional, yang menyatakan bahwaketika sebuah kelompok terorganisasi seperti perusahaan bertindak bersama-sama,tindakan perusahaan mereka dapat dideskripsikan sebagai tindakan kelompok, dankonsekuensinya tindakan kelompoklah, bukan tindakan individu, yang mengharuskankelompok bertanggung jawab atas tindakan tersebut.Kaum tradisional membantah bahwa, meskipun kita kadang membebankan tindakankepada kelompok perusahaan, fakta legal tersebut tidak mengubah realitas moral dibaliksemua tindakan perusahaan itu. Individu manapun yang bergabung secara sukarela danbebas dalam tindakan bersama dengan orang lain, yang bermaksud menghasilkantindakan perusahaan, secara moral akan bertanggung jawab atas tindakan itu.Namun demikian, karyawan perusahaan besar tidak dapat dikatakan “dengan sengaja dandengan bebas turut dalam tindakan bersama itu” untuk menghasilkan tindakanperusahaan atau untuk mengejar tujuan perusahaan. Seseorang yang bekerja dalamstruktur birokrasi organisasi besar tidak harus bertanggung jawab secara moral atas setiaptindakan perusahaan yang turut dia bantu, seperti seorang sekretaris, juru tulis, atautukang bersih-bersih di sebuah perusahaan. Faktor ketidaktahuan dan ketidakmampuanyang meringankan dalam organisasi perusahaan birokrasi berskala besar, sepenuhnyaakan menghilangkan tanggung jawab moral orang itu.
B. Tanggung Jawab BawahanDalam perusahaan, karyawan sering bertindak berdasarkan perintah atasan mereka.Perusahaan biasanya memiliki struktur yang lebih tinggi ke beragam agen pada levelyang lebih rendah. Jadi, siapakah yang harus bertanggung jawab secara moral ketikaseorang atasan memerintahkan bawahannya untuk melakukan tindakan yang merekaketahui salah.Orang kadang berpendapat bahwa, ketika seorang bawahan bertindak sesuai denganperintah atasannya yang sah, dia dibebaskan dari semua tanggung jawab atas tindakan itu.Hanya atasan yang secara moral bertanggung jawab atas tindakan yang keliru, bahkanjika bawahan adalah agen yang melakukannya. Pendapat tersebut keliru, karenabagaimanapun tanggung jawab moral menuntut seseorang bertindak secara bebas dansadar, dan tidak relevan bahwa tindakan seseorang yang salah merupakan pilihan secarabebas dan sadar mengikuti perintah. Ada batas-batas kewajiban karyawan untuk mentaatiatasannya. Seorang karyawan tidak mempunyai kewajiban untuk mentaati perintahmelakukan apapun yang tidak bermoral.Dengan demikian, ketika seorang atasan memerintahkan seorang karyawan untukmelakukan sebuah tindakan yang mereka ketahui salah, karyawan secara moralbertanggung jawab atas tindakan itu jika dia melakukannya. Atasan juga bertanggungjawab secara moral, karena fakta atasan menggunakan bawahan untuk melaksanakantindakan yang salah tidak mengubah fakta bahwa atasan melakukannya.